Saturday, February 23, 2013

Lifeboat (1944) Review.


Hampir semua maniak film di seluruh dunia ini udah pada tau siapa itu Alfred Hitchcock, dengan gaya2 dia ngomong yang unyu2 menjerumuskan, tatapan mata yang sinis tapi bersahabat, Alfred Hitchcock itu buat gw adalah one of the best director yang pernah ada di dunia. Inovasi2nya itu bener2 original, mulai dari Rear Window yang dari segi teknikal itu luar biasa keren, Dial M For Murder yang dari segi suspense bener2 dafuq, Notorious yang romance-nya gak nahan, Rope yang long take-nya itu aduhai sekali, hingga Vertigo, karyanya menurut gw yang emang paling masterpiece-nya dia.  Tapi, masih ada beberapa film beliau yang belum gw tonton, mulai dari Lady Vanishes, Frenzy, Family Plot, Marnie, dll. Dan akhirnya, Lifeboat pun muncul di sela2 folder film2  Hitchcock gw yang mulai berdebu.  Akankah Lifeboat memenuhi ekspektasi gw sebagai salah 1 film Hitchcock yang terbaik, atau malah yang terburuk seperti Trouble with Harry yang dulu sampe bikin gw nguap2 berkali2, let's find out!


Ngambil setting pas jaman perang dunia kedua.  Lifeboat menceritakan tentang sekelompok orang2 yang terjebak di sebuah sekoci karena kapal yang mereka tumpangi tertembak oleh torpedo kapal selam Jerman. Connie (Tallulah Bankhead) bersama para penumpang dan awak yang lainnya pun berusaha bertahan hidup di tengah2 ultimatum alam dan krisis sumber daya makanan dan minuman.  Tapi masalah tidak sampai disitu, masalah sebenarnya mulai muncul saat seorang yang mereka selamatkan dari laut ternyata adalah seorang anggota awak kapal selam Jerman.




Lifeboat itu gila, keren, awesome, dan lot's of pertanyaan humanitas serta moral yang ada didalamnya. Dengan ngambil setting di sebuah sekoci kapal kecil, Lifeboat hanya diisi dengan monolog2 antar karakter yang menghiasi layar selama durasi filmnya berlangung.  Hebatnya, Hitchcock tahu betul bagaimana cara mengubah monolog2 yang seharusnya biasa itu menjadi sebuah karya sinematis yang dipenuhi oleh suspense selama 97 menit durasinya berlangsung, membuat gw, sebagai penonton yang gampang banget dibikin bosan pada akhirnya mau aja dibawa kemana alur ceritanya melangkah, melangkah lebih jauh, lebih kelam, lebih gelap, dan lebih membingungkan,


Berbeda dengan film2 Hitchcock kebanyakan yang hanya berfokus pada 1 karakter atau 2 karakter sebagai protagonist, lewat Lifeboat, Hitchcock seakan2 menggurui penontonnya dengan memperlihatkan konflik antar karakter yang membuat penonton makin pusing, mana yang benar dan mana yang salah, mana yang hitam dan mana yang putih, beliau berusaha mencoba untuk mem-blurkan semua sisi standart moral yang ada pada di tiap karakter Lifeboat menjadi abu2 dan berada di persimpangan antara baik dan buruk, dan entah kenapa, formula seperti ini ujung2nya works buat gw.




Overall, Lifeboat itu dipenuhi dengan dialog2 yang penuh claustrophobic, moral manusia yang  patut dipertanyakan, dan merupakan sebuah film yang dengan setting seminim itu, Lifeboat masih mampu memberikan some suspense yang mencekam.  Sebenarnya sih dari segi alur cerita masih kurang, gw masih berharap lebih, tapi setidaknya, dari segi pengkarakterisasian, suspense, serta satire-nya sendiri terhadap society pada masa itu, setidaknya menjadi poin plus yang membuat Lifeboat menjadi begitu asik dan layak untuk dijadikan sebagai tontonan malam minggu yang mencekam.  

Dying together's even more personal than living together. - Connie Porter




0 comments:

Post a Comment