Monday, September 2, 2013

Elysium (2013) Review

  


Pada tahun 2009 lalu, Neil Blomkamp menunjukan pada duniasebuah film Sci-fi Thriller 'District 9'. District 9 menunjukan sebuah film imajiner sci-fi penuh humor satir gelap, memperlakukan Alien yang tiba di planet bumi selayaknya orang Yahudi pada masa Holocaust. Loncat 4 tahun kedepan, Neil sekali lagi memberikan film sci-fi futuristik distopia yang betul betul mengkritik total kapitalisme, Elysium.


Pada tahun 2154 ada 2 kasta manusia yang hidup. Kasta kaya, yang hidup mewah di koloni luar angkasa yang dinamakan Elysium; dan kasta miskin, yang tinggal di planet bumi yang penuh dan kotor. Sekretaris pertahanan Jessica Delacourt (Jodie Foster) menetapkan hukum yang keras bagi manusia di bumi, dia tak sudi membiarkan satupun manusia bumi masuk Elysium. Max da Costa (Matt Damon) seorang buruh pabrik yang dulunya seorang pencuri mobil, memimpikan suatu saat dia bisa tinggal di Elysium, ketika Max bekerja di pabrik, kecelakaan membuatnya terkena dosis parah radiasi, Max dinyatakan hanya bisa hidup 5 hari lagi.
Merasa putus asa, toh dia akan mati, Max bekerja pada kriminal 'Spider' (Wagner Moura) demi tiket menuju Elysium untuk mencari pengobatan disana. Spider memasangkan Exo-Suit ada Max demi satu misi, Misi yang bisa membawa equalitas pada manusia.. Delacourt yang mengantisipasi hal ini mengirim salah satu agennya Kruger (Sharlto Copley) untuk mengentikan langkah Max da Costa.

 
Elysium adalah five-piece Deathcore band asal Denpasar, Bali yang beranggotakan Alin (Vocal) , Koped (Vocal) , Coco (Gitar) , Nendra (Bass), & Kiki (Drums)

Film debut Neil Blomkamp, District 9 disambut dengan cemerlang oleh publik, mendominasi di box-office, dan bahkan mendapat 4 nominasi Oscar! Not bad huh? apalagi District 9 gak ada aktor kawakan, malahan film ini jadi breakthrough bagi karir Sharlto Copley. Tentunya dengan achievement sebegini hebat pastinya ekspektasi bagi filmnya selanjutnya juga melambung tinggi, apakah Elysium memenuhi ekspektasi ini? we shall see...

Cerita District 9 dengan Elysium tidaklah terlalu berbeda, keduanya membahas satu orang normal yang ternyata bisa jadi penyelamat peradaban, unlikely hero. Keduanya juga membahas soal nilai Manusia yang mengorbankan tubuhnya demi mencapai tujuan hidupnya. Keduanya juga terkesan dikasih filter Valencia, (Kuning-kuning kehijauan) Kemiripian ini tentunya tidak membantu Elysium, malah membuat film ini terkesan menjiplak, dan bikin penonton Deja Vu
  
Adegan berantem yang ini (dengan filter kuning-kuning kehijauan) mengingatkan saya pada....
.....adegan berantem yang ini


Max da Costa adalah figur pahlawan klise, dia jomblo, kasar, kriminal yang jadi jagoan, orang sekarat yang berusaha melawan sistem. Max da Costa itu tipe Anti-Hero yang sulit untuk disukai penonton. Sedangkan musuhnya Kruger, adalah seorang bajingan bangsat brillian, orang sadis yang autis, anak Chuck Norris, tipe villain yang disukai sekaligus dibenci. (Mukanya kena granat tetep aja kagak mati tu orang)
Yang apik disini adalah penampilan Sharlto Copley, tentunya kita ingat dengan wartawan kikuk Wikus van de Merwe yang berubah jadi Alien Udang. Karakter Wikus yang naif dan idealis di District 9 ini berbalik 180 derajat dengan Kruger di Elysium. Kruger ini mainak pedofil yang agak obsessif. kalo Chuck Norris & Overly Attached Girlfriend punya anak, ginilah jadinya.
 
Sharlto Copley hidupnya jadi melarat sejak 'The A-Team' gagal
 
Elysium idak segreget District 9, Elysium ini ceritanya mudah diterka, karakternya hambar (Selain Kruger), Klise, dan pastinya Membosankan. Membosankan? bagaimana bisa?! film Futuristik-Spionase-Robotik kok bisa-bisanya membosankan?! ya membosankan, soalnya selalu terngiang-ngiang District 9 dalam satu setengah jam aku nonton film ini. That i can't help but to compare those two movies.
Perbedaan kelas adalah salah satu elemen klise yang terkuno dalam sains fiksi. Membuat Matt Damon menjadi Cyborg pun tak menjadikannya fresh..







0 comments:

Post a Comment