Sunday, September 21, 2014

The Maze Runner (2014) Review


Again, again, again, again, and again. Mau sampai kapan kita diberikan sajian novel young adult berembel-embel 'Based On The Best-Selling Novel' ? Tahun ini pun sudah ada 4 novel young adult yang tayang (itupun belum termasuk Mockingjay part 1) dan The Maze Runner termasuk salah satunya. Apa yang ditawarkan TMR ini pun agak berbeda dari 'based on young adult novel' lainnya. 20th Century Fox tidak menampilkan kisah cinta supernatural macam Twilight atau kisah gadis pemberontak di dunia dystopian macam Divergent atau Hunger Games tapi menampilkan segerombolan cowok idola remaja (serius, mereka lebih pantes disebut boyband ketimbang survivor) yang terperangkap dalam sebuah labirin misterius.

Boyband baru bernama The Maze Runner
Thomas (Dylan O'Brien) tiba-tiba terbangun dan di suatu tempat yang dikelilingi tembok raksasa atau labirin dan ditempati oleh para cowok remaja. Sama seperti anak lainnya Thomas tidak mengingat siapa dirinya atau mengapa dia dikirim kesana. Sifat Thomas yang selalu ingin tahu misteri dibalik labirin besar itu kemudian dicurigai oleh Gally (Will Poulter) yang menganggap bahwa Thomas adalah pengganggu kelompok mereka. Masalah semakin rumit ketika datang perempuan pertama di grup bernama Teresa (Kaya Scodelario) yang secara ajaib mengingat nama Thomas. Dan ternyata kehadiran Thomas dan Teresa adalah awal dari suatu hal yang mengerikan dan menjadi kunci dibalik labirin besar yang mengelilingi mereka.

3 personil utama boyband The Maze Runner
Pertama-tama mari kita ucapkan terimakasih kepada sutradara Wes Ball yang tidak mengubah genrenya menjadi scifi-dystopian-survival-romance. Ini adalah sebuah terobosan baru untuk genre young adult yang sekarang didominasi oleh romansa. Cukup dengan premise yang menarik dan promosi yang tepat (bonus cogan dan cewek cantik) dapat membuat para remaja yang ingin menghabiskan waktu dibioskop atau pacaran akan berbondong-bondong nonton film ini. Paruh pertama film kita disuguhi oleh informasi-informasi seputar labirin dan sejenisnya yang sayang tidak dipersentasikan dengan baik oleh Wes Ball (maklum debutan). 

Paruh keduanya Wes Ball sudah mulai bisa menata rapi ceritanya, mulai dari petunjuk-petunjuk yang bermunculan mampu ditata dengan sangat rapi dan menegangkan. Sayang, adegan puncaknya kurang ditata dengan rapi dan terasa terlalu cepat. Untung saja ending alias jawaban dari semua misteri itu dipersentasikan dengan cukup mengejutkan sehingga ketika credit title bergulir banyak orang berbondong-bondong membeli buku lanjutannya.

Para lakonnya pun tidak ada yang menonjol. Bahkan sang lakon utama yaitu Dylan O'Brien tidak bisa menyamai kompatriotnya di film-film sejenis. Bagian awal dia terlihat menyebalkan dan terlalu over aktingnya, Bahkan dia tidak punya kharisma sebesar Asa Butterfield di Ender's Game. Untung saja lama-kelamaan aktingnyaa sudah tidak terlalu over dan masih dalam tahap baik. Pemeran pendukungnya pun cuma tampil sebagai tempelan saja, mungkin yang menarik perhatian cuma Newt dan Minho yang mempunyai Waktu tampil lebih banyak.

Kalo di film horror kalian pasti tau mereka abis ngapain
Overall, dengan premise yang menarik dan banyak misteri didalamnya ini adalah film yang menjanjikan. Sayang, tidak digarap dengan baik dan diperparah dengan akting yang kurang menjiwai. Tapi, dengan segala kekurangannya film tidak akan membuatmu pusing seperti masuk labirin, melainkan akan membuatmu melihat segerombol remaja yang berusaha keluar dari labirin yang cukup fun dan menegangkan

Rate: 7,2






0 comments:

Post a Comment