Monday, April 6, 2015

Free To Play (2014) Review





In august 2011 a tournament featuring the popular Multiplayer Online Battle Arena (MOBA) game Dota 2 was held in Cologne, Germany. It offered the largest prize pool to date - attracting professional E-Sports players from around the world. This is The International Dota 2 Championships.

Ini adalah sebuah film yang didedikasikan untuk seluruh gamer di penjuru dunia. Sebuah film tentang perjuangan betapa rumitnya kehidupan seorang gamer pro. Kita dapat menyaksikan bagaimana persaingan dan kerja keras para gamer pro lewat sudut pandang dari Clinton "FEAR" Loomis kapten dari Evil Geniuses (waktu itu dia masih menjabat kapten di tim Online Kingdom) asal Amerika Serikat, Benedict "HYHY" Lim kapten dari tim Scythe asal Singapura, dan Danil "DENDI" Ishutin dari tim Natus Vincere asal Ukraina.

Because Dota is more than just a game. It's an institution.




Mari kita refleksi sejenak. 20 tahun yang lalu kita semua gak bakal bisa menyangka bahwa ada yang namanya E-Sports, atau competitive gaming bukanlah sesuatu yang nyata. Namun lambat laun orang mulai gemar main video game, main bareng temen-temen sekomplek buat asyik-asyikan. Tapi darisitu, yang namanya kompetisi tercipta. Tidak lagi orang hanya berkompetisi untuk mencari tahu siapa gamer terjago di komplek, tapi siapa gamer paling jago di kota? siapa gamer paling jago di provinsi? siapa gamer paling jago di negeri? dan akhirnya kita berkompetisi untuk mencari tau siapa gamer terbaik di dunia. E-Sports pun menjadi suatu hal yang signifikan di mata dunia. Di Korea Selatan, gamer pro Starcraft udah lebih terkenal dari boyband boyband disana, Di Tiongkok, gamer pro Dota udah dipuja sepeti selebritis. Turnamen turnamen besar mendunia seperti WCG, EVO, FIWC, dan The International mulai bermunculan. Di Indonesia sendiri telah terbentuk IESpA dibawah naungan kemenpora yang mengatur segala macam hal E-Sports di negara ini. Iya. Kita punya timnas DOTA!
Dengan begini sih saya berharap E-Sports akan semakin berkembang dan jaya kedepannya. Dan mungkin suatu saat nanti bakal ada olimpiade E-Sports dengan berbagai cabang diantaranya FPS, RTS, MOBA, Fighting, Sport Simulation dan sebagainya. Maju terus E-Sports!



Film dokumenter ini menceritakan tentang kisah 3 manusia gamer yang sangat kontras dari belahan dunia yang sangat jauh saat mereka mengikuti ajang The International 2011.


Pertama-tama, kita diperkenalkan dengan sosok Clinton Loomis a.k.a "FEAR" dari negara bagian Oregon, Amerika Serikat. Fear ini adalah merupakan gamer generasi perintis yang hingga saat ini pu masih gigih berkompetisi di dunia e-sports. Ibaratkata dia ini adalah sosok mentor pemimpin penih pengalaman, seorang mahasiswa abadi yang masih betah ngampus, seorang om-om suhu di toko hobi jepang yang serba tahu, seorang pemain uzur berkualitas dan dihormati yang mengemban gelar regista seperti Totti, Xavi, Gerrard, Lahm, dan Pirlo. Sejak kecil bermimpi pengen 'Dibayar main videogame' tumbuh dewasa jadi gamer pro. Umurnya tidak muda lagi, semakin tua semakin banyak beban dan tanggungan. Udah menginjak masa-masa "Cari kerja, cari istri" tapi Fear tetep konsisten main game gapeduli apa kata orang lain. Memang Fear ini bisa dibilang salah satu player dota paling berkemampuan di benua Amerika, tapi jelas lah itu bukan apa-apa dibandingkan skill-skill player dari Asia timur. Apalagi player-player ditimnya kala itu Online Kingdom, isinya dari negara beda-beda semua, ada dari India, Swedia, Denmark, dll, dan baru temu muka pas hari kompetisi. Fear tak gentar, dia sendirian pergi dari rumahnya ke Cologne, ketemu timnya disana, dan ngadu nasib di The International. Fear ingin membuktikan ke emaknya kalo dia bisa berkarir di videogaming. Pas ronde awal, Online Kingdom langsung ketemu tim dari China. Bajingan.

Kenapa bajingan? Ya karena tim-tim dari negara China itu IMBA semua! Di China itu, Dota udah merupakan olahraga resmi, tiap minggu ada battle disiarin di tv, tim-timnya lengkap sama sponsor, manajer, dan coach. Player-playernya udah kayak selebritis, main game digaji. Dota 2 di China itu ibarat Starcraft di Korea Selatan. Level kompetisi dota di China itu udah gila abis, kalo gapercaya coba aja lu main public match di server China. Rasain sendiri. James Harding aja bilang gini "The Chinese teams are litterally scaring the shit out of the competition."

The International 2011 itu China vs The World.

Ada tim yang isinya dipenuhi player dengan skill-skill luarbiasa, tapi ada juga tim yang isinya player normal aja kemampuannya tapi hebat karena taktik, kerjasama, dan leadership yang mengagumkan dari si kapten. Online Kingdom ini tipe yang kedua, itu nunjukin gimana tim yang bisa dibilang minim pengalaman (newbie) di level ini bisa nyapu bersih Virus, Nirvana.cn, & TYLOO di grup karena tangan dingin dan leadership dari Fear.

Fear u GG


Bisa dibilang sih kehidupan gua mirip banget sama hidupnya si Benedict Lim a.k.a "HYHY". Kita berdua punya keluarga yang sama-sama tidak mendukung passion kita dalam suatu hal, si Hyhy dalam E-Sports gaming, dan gua pribadi dalam filmmaking. Tapi kita ga bicarain gua disini, kita bicarain Hyhy, kapten dari tim  Scythe yang isinya adalah player-player terbaik dari Singapura. Kalo kita bicara Hyhy pasti ingat Shadowrazenya yang selalu tepat sasaran. Cerita si Hyhy ini yang paling personal, dia cerita tentang kegalauannya tentang keluarganya yang ga mendukung niat dia untuk gaming, final exam dia yang jadwalnya barengan sama kompetisi, trus juga dia gabisa move on dari kekasihnya yang juga merupakan dota player pro, sampe gara-gara hal tersebut dia jadi merokok. Untuk level Asia tenggara, skill Hyhy sebenernya ini udah jago banget, tetapi dihadapan gamer Asia timur skillnya gak sebanding. Daya tahan tersebut akan di uji langsung oleh EHOME, tim dari China dan merupakan tim yang difavoritkan juara The International. Hyhy yang hidupnya penuh dilema ini langsung berhadapan dengan para manusia IMBA dari EHOME. Hyhy u GG. Pride of Southeast Asia!

Hyhy u GG


Trus berikutnya, ada Na'Vi Dendi. Kalo bicara Dendi, pasti kita teringat Pudge Hooknya yang bajingan. Pemuda yang bernama lengkap Danil Ishutin namun lebih akrab disapa DENDI ini kayaknya udah gaperlu perkenalan deh. Siapa yang gak familiar dengan Dendi? Lu pergi kemana aja di belahan dunia ini dan apabila di belahan dunia tersebut ada yang main dota, pasti kenal dengan yang namanya DENDI. Memang banyak gamer dota professional ngetop seperti YaPhets, MiserY, Arteezy, Mushi, Ferrari, dll, tetapi belum ada yang setenar Dendi. He is Arguably the best Dota player in the World. Di Free to Play dia cerita tentang awal mula dia ngegame, keluarganya dulu serba kekurangan, trus dia juga sekolah musik dan tari, kelihaiannya dalam bermain piano ternyata sangat membantu dalam bermain dota. Na'Vi kala itu masih merupakan tim yang unpredictable. Mereka selalu ngincar kemenangan di menit 12-15 dan gaada yang bisa menghentikan mereka. Di The International 2011 karakter Dendi sebagai player paling jago mulai terbentuk. Dia yang akan jadi Legenda di jagad gaming.

nuff said.

Dokumenter ini merupakan sebuah tribute untuk para gamer lebih spesifiknya gamer dota di dunia ini. Film ini bisa menjadi inspirasi anak-anak muda untuk berani berkompetisi di game. Saya, sebagai gamer sangat menikmati film ini. Karena saya dapat merasakan gairah para petarung cyber ini beraksi didepan monitor, pasang headphone, jemari siap beradu di kunci QWERASZXC.

Sebetulnya KFG ini bisa jadi sebuah tim Dota professional. Kita punya kemampuan, kita punya pengalaman, dan terlebih lagi, kita punya motivasi untuk mengikuti kompetisi demi grand prizenya. Monty kepingin ngebikin sebuah feature film, motifnya berkaitan dengan keinginan gua juga yang ingin membangun sebuah production house, ceritanya gua ama si Monty ini kerjasama. Nasha bisa menggunakan uang juara untuk membiayai pendidikannya sampai doktor. Nak Tresnayaka pengen prizenya untuk memodali masa depannya, yakni menikahi Chelsea Islan. Kalo si Fauzan gua gatau motivasinya apa, tapi dilihat dari sifatnya yang altruistic, pasti dia bakal ngebantu. Gua set peran para admin KFG apabila kita terjun ke dunia E-Sports.

Monty: Sebelum dia pensiun dari dunia E-Sports sekitar tiga tahun yang lalu, kabarnya dia ini memiliki skill individual yang nyaris setara dengan Na'Vi Dendi. Semoga saja skill legendaris itu tidak karatan, karena peran dia dalam ngesolo di MID ini sangatlah penting dalem strategi gua. Dia ini MVP/ Player andalan tim. Saking IMBAnya, sebutan dia di kalangan gamer E-Sports saat itu adalah Na'Vi Monty (Atau bisa dipanggil aZ_mbAhdArmoOoO).

MVP tim KFG. Jelmaan Na'Vi Dendi.

Nasha: Bisa dibilang gadis muda ini masih sangat baru terjun di dunia E-Sports, tetapi apabila menilai dari sifatnya yang gigih, nekad, rela berkorban dan pantang menyerah ini dapat menjadi amunisi yang tak tergantikan dalam tim. Dia yang jadi penyatu tim, penyemangat, seorang Support.

Nayaka: Walau gua belum pernah ngeliat dia main, tetapi kata-katanya waktu itu "KENAPA GUA YANG JADI BEBAN? LU BELUM PERNAH NGELIAT SKILL GUA!" masih terngiang dalam pikiran gua sampai sekarang. Setelah lama gua mikir, gua sadar bahwa potensi si Nayaka ini sangatlah besar! Gua belum liat dia main, bisa jadi skill dia malah lebih jago dari si Monty atau Gua sendiri! Oleh karena itu, peran hero-hero sulit macam Invoker, Meepo, Earth Spirit, dll aku percayakan padanya.

Fauzan: Dilihat dari penampilannya, sifat, dan tingkah lakunya, Fauzan ini memiliki tingkat kestabilan, kesabaran, dan kecerdasan yang sangat tinggi. Ketiga hal barusan sangat krusial dalam bermain MOBA. Maka dari itu hero-hero yang perlu patience, dan perseverance untuk dikuasai  aku percayakan pada dirinya. Dia adalah Initiator.

Julio: Dikarenakan saat ini gua yang paling aktif dan paling handal dalam bermain dota, maka tugas sebagai team captain, & true carry gua yang emban. Gua yang bakalan nentuin kemenangan tim di akhir.

Tsuya A Knot: Dia bertugas jadi Coach karena dia paling banyak pengalaman.

Jelas gak mungkin lah kita bisa langsung ikut The International. Itu gak realistis banget. Tapi mungkin kalo setingkat kotamadya, atau antar kabupaten, kita masih ada peluang. Ini formasi bayangan gua.


Draft 1: Oldschool Passive



Formasi ini dikhususkan untuk strategi menang di late game. Nayaka bakal ngesolo di suicide lane pake Druid,(Itungannya sih ga solo, karena dia ngendaliin beruangnya juga) gua percaya kemampuan Nayaka dalam multitasking si Lone Druid, dia bisa nahan tower di suicide lane. Solo mid ada Na'Vi Monty dengan hero andalannya Kardel Sharpeye, dia bakal bertugas untuk mendominasi wilayah mid dan ngeroam ke atas-bawah. To control the mid is to control the game. Trus di Safe Lane ada Trilane Fauzan dan Nasha yang bertugas ngecover gua sambil gua farming karena di late, gua yang bakal nentuin kemenangan. Sniper di mid akan terus pressing musuh sembari ngancurin tower musuh dan pindah lane ngeassist sambil cari mangsa. Kelihaian si Na'Vi Monty sangat diperlukan disini. Kombinasi  Raigor sama Rylai ini bisa jadi GGWP karena yang satu stunner, satunya lagi disabler. Crystal Maiden bisa ngeroam atas-bawah ngasih support sambil ngeward, ultinya juga berperan banget kalo lagi war. Sementara si Earthshaker itu perannya sebagai initiator inti, Skill 2nya bisa buat ngeblokir jalan, ngesetup buat ultinya si Sniper, trus combo blink dagger + ulti Echoslam berguna pas mau buka war, setup sempurna buat ultinya Faceless Void , dibantu sama ultinya Cystal Maiden & si Sniper nembakin dari jauh = GGWP.


Draft 2: Modern Aggressive


Formasi kedua ini untuk strategi mengincar kemenangan di menit 15. Fauzan bisa solo di suicide lane pake Axe, Mid ada Na'Vi Monty yang mengendalikan Nevermore, Gua jungler dan senantiasa roamer ke tiap lane, trus di safe ada Lina & Earth Spirit. Formasi ini dinamis, tiap hero akan selalu pindah lane nge gank pihak oposisi dimanapun mereka berada, sambil cepat cepat hancurin tower musuh, tiap menit bakalan ada war. Nature's Prophet bisa selalu pindah sana-sini, Nuker kita ada Shadow Fiend & Lina yang kerap negbokong lawan, Earth Spirit & Nature's Prophet akan saling mengisi kekosongan. Trus axe menjabat initiator sekaligus tanker. Tapi taktik ala Na'Vi ini hanya akan berhasil apabila solo mid kita jago, makanya peran si Na'Vi Monty jelmaan Na'Vi Dendi ini sangat krusial dalam pertempuran.



Kita semua suka main video game. Gua pun aslinya adalah seorang hardcore gamer. Ingin sekali ikut kompetisi tapi masih banyak pesaing yang jauh lebih jago. Oleh karena itu, kita perlu tim yang bakal ngebantu memperoleh kemenangan. Because Dota is a team game. It's fun, and more importantly, it's free to play. And you play to win.




0 comments:

Post a Comment